Selasa, 17 Mei 2011

AQIDAH ISLAMIYAH

TUJUAN
 Peserta memahami makna aqidah secara bahasa dan istilah
 Peserta memahami hubungan iman kepada Allah dengan aqidah lslam.
 Peserta memahami standard nilai aqidah lslam
 Peserta termotivasi untuk mengesakan Allah (tauhidullah)
 Peserta memahami makna dan jenis tauhid

METODE PENDEKATAN:
 Ceramah & diskusi


RINCIAN BAHASAN
Makna Aqidah
• Secara bahasa: 'Aqdun - 'Aqooid berarti akad atau ikatan. Ikatan yang mengikat manusia dengan aturan-aturan Allah dan nilai-nilai Islam.
• Secara istilah: aqidah ialah sesuatu yang wajib diyakini atau diimani tanpa keraguan

Hubungan Aqidah Islam dengan keimanan kepada Allah [ 4:136; 21:25; 16:35]. Aqidah merupakan misi da'wah yang dibawa oleh Rasul Allah yang pertama sampai dengan yang terakhir yang tidak berubah-ubah karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakat [42:13]. (Aqidah Islam, Sayid Sabiq, hal.18)
Hati merupakan standar penilaian aqidah [26:88-89], "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa atau bentuk kamu, tidak juga kepada jasadmu, tetapi Ia melihat kcpada hati dan perbuatanmu" (Hadits). Memahami aqidah dimulai dari tauhid [112:1-4]. Tauhid berasal dari kata wahhada yang berarti menjadikan satu. Jenis tauhid:
• Tauhid Uluhiyah (mengesakan Allah sebagai satu-satunya sesembahan/ ilah) .
• Tauhid Rububiyah (mengesakan Allah sebagai satu-satunya Rabb) .
• Tauhid asma dan sifat Allah (Allah memiliki nama sifat yang tidak dimiliki oleh selain Nya) :

REFERENSI
• DR Ibrahim Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah lslam.
• Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah
• Sayid Sabiq, Aqidah Islam, Pola Hidup Manusia beriman, CV. Diponegoro

ALOKASI WAKTU

Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi 5’
Diskusi pendahuluan Mentor mengajukan pertanyaan tertutup dan terbuka 5’
Ceramah Mentor menyampaikan rincian bahasan
35’
Diskusi Mentor menyediakan waktu untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’

Selengkapnya...

Minggu, 08 Mei 2011

TARBIYAH ISLAMIYAH

Pengertian
Secara bahasa, Tarbiyah mempunyai beberapa arti:
(1) roba - yarbu = bertambah dan berkembang ---------------------ربا - يربو
(2) robba - yarubbu = memperbaiki, meningkatkan----------------ربّ - يربّ
(3) robiya - yarba = tumbuh secara alami -------------------------- ربي - يربى

Pengarang tafsir Al Baidhowi dalam menafsirkan “Robbil’alamiin” ربّ العلمين
mengatakan bahwa:


“ArRobb merupakan masdar (sebutan) yang bermakna tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sampai menuju kesempurnaan sedikit demi sedikit”.
الربّ فى الاءصل بمعنى التربيه = وهي تبليغ شيئ الى كمله سيئا فسيئا
Abu Ridho dalam buku Urgensi Tarbiyah dalam Islam menulis bahwa Tarbiyah Islamiyah berarti menumbuhkan dan membentuk insan muslim mutakamil (integral) dari seluruh sisinya, baik kesehatan, aqal, keyakinan, keruhanian, jasad, akhlaq, perasaan, kemauan, dan daya ciptanya.
Pembentukan ini mencakup seluruh fase pertumbuhan manusia berdasarkan prinsip dan nilai-nilai islam, serta metode dan cara pendidikan Islam.

Sasaran
Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa sasaran Tarbiyah Islamiyah bersifat menyeluruh (syumuliyyah/universal), dalam kaitan ini dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu:
(1) Unsur-unsur manusia
(2) Fase-fase dan peran-peran kehidupan manusia
(3) Aspek-aspek kehidupan manusia

Ad.(1) Unsur-unsur manusia
Manusia, seperti sering diungkap oleh para ulama, terdiri dari unsur ruh, aqal, dan jasad.
Keparipurnaan manusia amat ditentukan oleh sejauh mana ketiga unsur itu terbina dengan optimal dan seimbang (tawazun).
Kepincangan dalam pembinaan terhadap ketiga unsur itu akan menyebabkan perilaku yang tidak seimbang (Itidal) dan tidak moderat (wasoth). Dengan kata lain, menimbulkan perilaku ekstrem, baik sikap berlebihan (ifroth) atau ekstrem bawah yakni sikap malas dan lalai (tafrith).
Misalnya, orang yang hanya dijejali aqalnya (fikroh) dengan dokrin tentang kewajiban mendirikan khilafah tanpa dibarengi dengan pembinaan ruhiyyah, biasanya kurang memiliki sikap tawadhu (rendah hati) dan kurang menghormati ijtihad orang lain. Yang sering tampak, justru semangat mendebat dan berusaha menjatuhkan pihak yang dianggap tidak sefikroh dan tidak sethoriqoh.
Contoh ketidakseimbangan lainnya adalah ketika terjadi penekanan hanya pada tazkiyatunnafs (pembersihan jiwa) dengan mengabaikan pembinaan bagian lainnya, maka tidak sedikit akan memunculkan orang yang penuh dengan “kekhusuan” dalam dzikir, namun kurang memiliki kepedulian dengan penderitaan yang diderita kaum muslimin atau tidak ambil pusing dengan kezholiman penguasa.

Ad.(2) Fase-fase dan peran-peran kehidupan manusia
Kehidupan manusia melewati fase anak-anak, pemuda, dan manula. Pada fase itu manusia menjalankan aneka peran. Baik peran tunggal maupun ganda, baik peran temporal maupun lestari. Ada peran sebagai anak, sebagai bapak, sebagai ibu, sebagai suami, sebagai istri, dan seterusnya. Dalam konteks sosial manusia juga mempunyai peran yang bervariasi. Dia bisa berperan sebagai pemimpin atau yang dipimpin. Dan Islam telah menyediakan secara lengkap perangkat dan aturan yang menyangkut seluruh fase dan peran dalam kehidupan.
Aksioma itu menuntut kita -Para da’i/pendidik- untuk melakukan pembinaan (tarbiyah) guna mengarahkan manusia pada jalan Islam dalam melewati segala fase kehidupannya dan dalam menjalankan peran yang diembannya. Pembinaan orang tua tidaklah lebih penting dari pembinaan pemuda. Dan pembinaan pemuda tidaklah lebih penting dari penyediaan fasilitas untuk pendidikan anak-anak. Semua harus tergarap secara baik dan seimbang. Demikian pula peran seseorang sebagai anak sama pentingnya dengan peran sebagai ayah atau ibu. Peran baik seorang suami sama wajibnya dengan peran baik seorang istri. Dan keadilan wajib ditegakkan oleh penguasa sebagaimana juga oleh rakyat, demikian seterusnya.

Ad.(3) Aspek-aspek kehidupan manusia
Islam adalah “Aturan yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Ia adalah negara dan tanah air atau pemerintahan dan umat; ia adalah ahklaq dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan; ia adalah tsaqofah (kebudayaan) dan undang-undang atau ilmu dan peradilan; ia adalah materi dan harta atau usaha dan kekayaan; sebagaimana juga ia adalah aqidah yang sejati dan ibadah yang benar tanpa dapat dipisah-pisahkan.(Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan)

Tujuan
Secara Umum Tarbiyah Islamiyah bertujuan membentuk manusia yang mengabdi (beribadah) hanya kepada Allah dan memakmurkan bumi hanya dengan aturan-aturan Allah, baik yang berupa wahyu ataupun yang berupa sunatulloh, sehingga lahir suasana kehidupan yang islami di bumi ini. Saat itu manusia terbebas dari perbudakan manusia dan hawa nafsu dan terbebas dari tradisi kehidupan jahilliyyah.

Referensi
 Materi Mentoring Agama Islam
 Abu Ridho, Urgensi Tarbiyah
 Hasan Albana, Risalah Pergerakan
Selengkapnya...

IKHLASUNNIYAH

TUJUAN
 Peserta memahami makna ikhlasunniyah.
 Peserta memahami pentingnya ikhlasunniyah dalam beramal.
 Peserta mengetahui cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas.
 Peserta termotivasi untuk mempunyai niat yang ikhlas dalam beramal sehingga bernilai ibadah.

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi


RINCIAN BAHASAN
Makna ikhlasunniyah
• Secara bahasa: - Ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/
murni.
- Niyat berarti Al-qoshdu, artinya maksud/tujuan.
• Secara istilah: Ikhlashunniyat berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah Azzawa Jalla sebagai tujuan dalam berbuat.

Perintah Allah untuk ikhlas dalam beramal: QS. 98:5, 7:29, 18:110.

Pentingnya Ikhlasunniyah
a) Merupakan ruhnya amal
b) Salah satu syarat diterimanya amal. “Allah Azza wa Jalla tidak menerima amaI kecuaIi apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata”. (HR Abu Daud dan Nasa'i).
Syarat diterimanya amal atau perbuatan :
• Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya
• Ikhlas dalam berniat
• Sesuai dengan syariat Islam (Al-Qur’an dan Sunnah)
c) Penentu nilai/kualitas suatu amal [4:125]. "Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasannya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niiatkan. Maka barang siapa hijrah menuju (ridha) Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa yang hijrah karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya." (HR Bukhari Muslim)
d) Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah [2:262, 4:145-146].

Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
1. Menyerahkan segala datanya hanya kepada Allah, rasul dan akhirat.
2. Memerangi kesenangan hawa nafsu dunia.
3. Menyadari bahwa segala aspek kegiatan seorang muslim adalah ibadah [2:21, 51:56].

REFERENSI
• Imam Al-Ghazali, Ibnu Rajab Al-Hambali & Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Pembersih Jiwa, Pustaka.
• Ibnu Taimiyyah, Etika Beramar Ma'ruf Nahi Munkar, GIP.
• Panduan Aktivis Harokah, hal. 42, Al-Ummah.


ALOKASI WAKTU

Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan rincian bahasan 40’
Diskusi Mentor memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’

Selengkapnya...